Rabu, 19 Oktober 2016

Karena Selama Hidup Kita Belajar

Rasanya baru kemarin. Galau galau nangis nangis ngga jelas cuma gara gara masalah hati. Tau tau, sekarang, udah lupak selupak lupaknya sama hal macem gituan. Mulai menikmati kesendirian, kebebasan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mulai bisa membedakan mana baik mana salah. Bukan Himma namanya kalau belum tau rasanya gagal. Dan saya, bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja sama apa kata orang. Karena sekarang, saya belajar. Bahwa pengalaman, mengajarkan segalanya. Bahwa pengalaman mengubah segalanya.

Sempat terpikir buat pergi jauh. Merusak diri sendiri akibat masalah hati yang tak kunjung usai pada masa itu. Tapi, Allah terlalu baik. Allah hadirkan mereka (re : sahabat dunia akhirat dan geng ala ala) yang pada akhirnya bisa mengembalikan senyum saya. Berlebihan mungkin. Tapi, semua teman dekatku paham. Aku, si anak kecil yang ngga pernah bisa dan rela sendiri. Mereka juga yang membuat saya kembali menumbuhkan semangat semangat baru. Sampai akhirnya......


Saya berada pada titik dimana saya merasa saya salah. Pernah menjadi Himma yang dahulu. Tapi logika saya terus berteriak untuk melupakan masa lalu. Tepatnya, membiarkannya ada di belakang dan menjadi cerita lama yang akan ku jadikan bahan cerita kepada anak cucumu. Bahwa kamu, pernah bertransformasi. Pernah berproses. Pernah berprogress. Dan Allah setidak main main itu dalam menciptakan setiap detail skenario.

Saya banyak belajar. Bahwa hidup ini adalah soal penerimaan. Menerima senyuman pun juga tangisan. Terkadang, saya rindu untuk menangis. Namun, setelah masalah hati dapat kuatasi, aku tak memiliki alasan lagi untuk menangis. Sekali dua waktu memang aku menangisi akademis dan betapa sayangnya aku dengan kedua orangtuaku. Tapi itu tak berlangsung lama dan intens seperti menangisi hati dahulu.

Yasudah. Time flies so fast. 2016 akan segera berakhir. 2017 akan segera datang. Tahun yang kutunggu tunggu. Kelulusan, koass, kedewasaan, dan kamu. Oke. Aku mulai bisa mendefinisikan siapa kamu sekarang. Meski bukan farmasi atau dokter artinya namun sekarang aku tahu. Kamu. Akan semakin dekat. Orangtua saya tepatnya telah mempersiapkan kamu, untuk 2017 ku. Tapi aku, masih tidak bisa meraba siapa kamu. Hanya lewat doa, aku titipkan pada Allah ku, bahwa aku menginginkan kebaikan, maka izinkan aku mendapatkan lelaki baik. Tidak muluk. Karena untuk sekedar berharap pada orang lain saja aku sudah tak sanggup. Apalagi mendoakan namanya dalam setiap sujudku. Sudahlah. Allah know best, my parents give best. Haha. Semenjak aku tau aku salah, aku tak lagi membiarkan diriku memilih. Biarlah mereka yang memilihku. Mengusahakanku. Dan menghargai seperti apa yang telah mereka impikan sejak dahulu. Karena aku yakin. Pilihan orangtuaku takkan salah, dan takdir Allah tidak akan tertukar karena manusia banyak salah, maka kuserahkan semua pada Allah lewat doa dan ikhtiar orangtuaku. Aku juga berikhtiar, tidak mencari, tapi memperbaiki diri. Itu saja.

Karena, sempat sejenak waktu aku mengharapkan orang baik. Sangat baik pada waktu itu. Nyatanya, perlahan Allah bukakan mataku untuk menutup harap dan kembali berserah. Itu sebab nya aku tak lagi mampu berharap. Meski hanya berharap.

Ah! Himma! Ngomongin ukh disana yang ngomongin cowok terus. Tapi sendirinya ngomongin hati jugak. Oke biar saya lakukan pembelaan heheh. Saya tidak pernah melarang diri saya untuk itu. Apalagi berusaha bijak untuk tidak menuju itu. Saya tau kapasitas diri saya. Dan saya tidak berlindung dibalik balutan kata yang ditutup tapi membuka (lho) hahah. Ah udahlah Him. 2017 akan segera datang. So......

Please. Belajar besok CBT wkwk. Maaf ini hanya kerandoman saya yang lelah belajar dan habis melihat bentuk pencitraan masa lalu. Non sense. I have no interest. Heheh

Wasaalam
HS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar