Minggu, 14 Juni 2015

Ceritanya Jadi Pengawas SIMAK UI

Baru aja tiba di rumah beberapa menit yang lalu, kemudian menyelesaikan urusan perut yang sejak pagi kutelantarkan. Menikmati konsumsi yang kubawa pulang dari tempatku mengawas simak tadi. Di SMAN 103 Jakarta, di klender tepatnya, tempat yang belum terjamah olehku sebelumnya. Kini, tambah 1 pengalaman baru lagi yang bisa kutulis dan kujadikan sejarah hidup, yang nantinya ketika aku telah memiliki seorang anak, akan kusuruh ia membacanya. Penting untuk mengetahui bahwa orangtuanya adalah pecinta momen, dengan selera humor yang rendah, sehingga apapun bisa ditulisnya. Ya kira2 seperti itu gambaran yang akan ditangkap anakku kelak. Tapi entah kenapa, aku yakin semua hal yang kutulis mengandung bahan ajar, meski hanya secuil atau mungkin bahan ajar untuk tak diulangi kembali di masa anakku nanti besar. Entahlah, aku yakin Allah telah menyiapkan setiap detail kejadian beserta hikmahnya, maka secuil pun masij dapat diambil pelajaran jika kamu mengetahui.

Iyap jadi kali ini ceritanya iseng mau jadi pengawas simak ui, dan to be honest, orientasi awalku mengikuti pendaftaran menjadi pengawas adalah karena uang. Karena menjadi pengawas diberikan honor yang bagi mahasiswa, cukup untuk mengisi kantong 1-2 minggu *yagasi*gataupatokannyaapa* hehe. Ya yang jelas lumayan, ada uang yang kita dapatkan cuma dari duduk manis melihat2 anak2 SMA kelas XII memperjuangkan masa depannya buat UI. Ternyata, setelah melewati setengah hari menjadi pengawas, terlalu banyak kisah yang bikin senyum2 sendiri, terlalu banyak momen yang membuat aku kembali mengucap syukur berkalikali. Bermodalkam iseng, kemudian kepilih dan menjadi serius. Terlalu biasa banget seorang himma dengan mulanya coba2 atau iseng, kemudian Allah beri jalan kemudahan, nah baru deh tuh diseriusin. Macem dulu ikut USM STIS di GBK. Niat ikut itu cuma biar arga nggak boncengan sama cewe pas mau tes itu. Jadi ikut2an tes itu, padahal FKG UI udah ditangan kalau gak salah. Tahap 1, bahkan niat lolos tahap 2 aja engga, belajar pun engga buat tes, cuma bermodalkan tekad kuat biar arga nggak boncengan sama cewe yang akhirnya membawaku kesana. Entah kemana fokusku saat mengerjakan tes karena ternyata duduk jauh sangat jauh malah dari arga. Ngerjain juga nggak niat sama sekali, terus lolos ke tahap 2. Setelah tau lolos tiba2 mikir, kalau msk STIS aja gimana, kan dapat gaji perbulan, deket juga kampusnya sama rumah, bareng sama arga lagi. Yang kebetulan arga juga lolos ke tahap 2. Akhirnya, aku dan arga mulai merancang masa depan untuk berada di stis, sehingga arga tidak jadi pergi ke its. Haha lucuuuuu. Kemudian menjadi seniat itu buat belajar tahap 2, tanya2 orang2 yg udah pernah tes psikologi, namun takdir Allah berkata tidak, bukan itu jalanmu, dan itu bukan jalan nya (re:arga). Bahkan Allah sudah menuliskan detail skenario yang membuat arga berada disana dan aku di UI. Lagi.......aku, kamu, kita cuma pinter berencana, tapi Allah Maha Pintar menentukan segalanya.

Maaf, orang golongan darah O kalau ngomong kadang suka jadi lewat jalan tol, gaspol terus tapi masuk2 lewat pintu tol macem2 dulu wkwk. Mungkin pertama2 mau ucapin terimakasih dulu sama UI yg udah kasih aku kepercayaan buat jadi pengawas simak, terimakasih juga SMAN 103 yg bikin aku jadi lebih explore jakarta timur hehee, terimakasih juga orangtua yang sangat2 mendukung anak2nya apapun yg anaknya lakuin, bahkan h-1 dianterin survey buat cari tau dimana sih sma 103, kemudian habis subuh rela anterin jauh2 ke klender dan harus bermacet2an, demi yg penting aku sampai pada tujuanku tepat waktu, terimakasih Nanay temen SD yg udah membersamai selama pra ngawas, ngawas dan pasca ngawas, dan terimakasih Ria anak teknik elektro yg baru aja kenalan tadi pas briefing pagi kemudian jadi malaikatku ketika kutaktahu jalan pulang, dengan mengantarkanku pada si mobil biru yang paling setia menemani langkah kakiku dulu ketika SMA, juga terimakasih pake banget Bu Suwarni, partner ngawas di ruang 18 yang telah memberikan wejangan luar biasa dan nggak diduga sebelumnya, bahwa akan seakrab itu diruang ngawas tadi, di kasih wejangan biar bisa jadi dokter gigi sukses, jadi perempuan cantik yang ramah dan jadi makhluk sosial yg disukai banyak orang. Memanggil beliau dengan sebutan Bu, semacam aku membayangkan muka ibunya arga yg sehari2 kupanggil ibu, layaknya ibuku sendiri. Hehe. Terakhir, terimakasih dedek2 lucu yang tadi jadi peserta simak di ruang 18, mohon maaf kalau ngawasnya terlalu jeli mataku, terlalu strik sama aturan yang udah ada, dan terlalu yakin dengan apa yg aku lakuin ke kalian. Hehe. Dan yang paling utama, terimakasih Allah Tuhan ku yang tak pernah berhenti memberikan nikmatnya juga kemudahan demi kemudahan setelah begitu banyak dosa yg kuperbuat yang bahkan belum seberapa aku meminta maaf padaMu atas gunungan gunungan dosaku. Namun kau begitu yakin, untuk lagi dan lagi memberiku nikmat, umur, cinta, pengalaman. Andai kata dapat kuraih tanganMu, akan kuraih lantas kucium dan ku sujud tuk memohon ampun atas segala dosa yg telah kulakulan. Namun lagi, banyaaaaaak sekali kesempatan yang kau berikan padaku, untuk menikmati setiap momen2 kehidupan, dan memotretnya dalam kamera ingatan panjang dariMu. Terimakasih Allah...

Maaf, terlalu banyak yg menggerumul di otak ku sejak tadi setengah hari berangkat, disana, dan pulang menjadi pengawas. Terlalu banyak hal yg sejak tadi kupendam lantas hanya bisa tersenyum sendiri dan bahkan mungkin beberapa siswa memerhatikanku dengan aneh. Heheh, maaf yha, ku tak bisa ekspresikan itu tadi soalnya. Mulai dari berangkat, how much i love jakarta raya, di pagi hari, sudah bisa kupandangi kesibukan jalanan ibukota yang tetap ramai meski itu hari minggu, pagi pula. Memandangi setiap sudut jalanan ibu kota lewat kaca mobil, kupikir cukup membuatku merasa bersyukur Allah lahirkan aku ke dunia, di Jakarta dengan segala antek2nya. Ya, seperti itu kira2. Kemudian disana, aku sampai ke dalam ruang pengawas tepat pukul 06.00. It means aku telah mencapai gerbang sekolah sebelum jam 6 tepat. Kukira hanya akan ada pengawas dan panitia yg terkait di waktu sepagi itu, ternyaga tidak, sudah banyak siswa, dan kukira, wajahku cukup membuat mereka merasa seperjuangan, karena style ku yg emang gini2 aja dari dulu dan muka polos (re: oon) ini bisa dikatakan aku juga peserta simak. Karena tak sedikit anak yg kupandangi lantas mereka tersenyum begitu hangat padaku, mungkin mereka merasakan ada debaran kencang di hatiku kala aku menginjakkan kaki di dalam sekolah. Ya bagaimana tidak, seorang himma yg tak pernah suka sendiri, diharuskan sendiri kala itu, karena keinginannya menjadi pengawas, tak peduli ada teman atau tidak, yg aku tau hanya jakarta timur, jadilah kupilih jakarta timur menjadi tempatku mengawas. Hehe. Lanjut, kemudian aku memasuki ruang pengawas perlahan dan cukup kaget, kukira akan berisi banyak mahasiswa disitu, ternyata lebih banyak guru ketimbang mahasiswa. Pupus sudah harapanku untuk mengawas berdua anak ui ganteng *eh* hahah. Ternyata mengawasnya dipasangkan antara guru dan mahasiswa, entah baru tahun ini yg seperti itu, atau memang karena aku tak pernah merasakan simak sebelumnya? Baik menjadi peserta atau pun pengawas. Kalau boleh jujur, ini kali pertama aku terlibat dengan simak. Dulu waktu SMA, kalau disuruh to simak di nf ya paling males, kemudian snmptn membuatku semakin tak mengenal simak. Ketidaktahuanku tentang simak dan tetek bengeknya membuatku penasaran dan belajar banyak di pengalaman pertamaku ini. Totalitas perjuangan sebut saja, karena aku terbangun berkali2 untuk mengecek jam takut2 aku kesiangan dan tidak bisa pergi mengawas. Setiapku memiliki hajat, mata ini refleks membuka dan menutup begitu mudah. Tapi enggak ngantuk, eh ngantuk deng, pas ngawas tapi ngantuknya. Hehe.

Jadi, disana aku mengawas di ruang 18, membawa berkas2 ujian dari ruang pengawas, menyusuri lorong2 sekolah yang sudah ramai oleh siswa yg akan ujian. Tatapan mereka berbeda, ketika memandangku tadi diluar tanpa kukenakan jaket kuning ini, dengan ketika kukenakan dan kumenggendong berkas2 ujian mereka, aku serasa berjalan di catwalk, karena semua mata, tertuju padamu, entah tertuju padaku, atau pada makara yang menghiasi dada kiriku. Hehe. Karena mereka yg akan ujian adalah pecinta ui, lebay sih, sebut saja mereka calon anak ui. Jadi, yg kulihat, penghormatan dan penghargaan mereka begitu tinggi pada mahasiwa yg menggunakan jaket kuning kala itu. Bertanya ini itu, seakan si pengguna jaket kuning tau segalanya di sekolah itu yg padahal ada guru2 yg sebetulnya adalah pengajar di sekolah itu. Entah harus seperti apa lagi aku menilai tatapan mereka ketika aku menyusuri jalan untuk menemukan ruangan tempatku mengawas, terlalu besar apresiasi mereka terhadap mba dan mas berjaket kuning saat itu. Ketika ujian berlangsung pun, aku merasakan atmosfer yg masih sama seperti diluar,bahkan ketika aku meminta tanda tangan mereka, senyum dan kata terimakasih begitu tulus terucap dan terpancar dari wajah mereka, entah apa mereka akan melakukan hal yg sama ketika aku tak mengenakan jaket kuningku dan berjalan biasa di depan mereka? Entahlah. Menjadi pengawas mengharuskanku bersikap layaknya pengawas, namun aku tetap memberikan kehangatan itu pada mereka, karena aku tahu mereka adalah org2 yg sedang berjuang dan memperjuangkan hal baik. Aku harus duduk di paling belakang sesuai SOP oengawas yg harus berada 1 di depan dan 1 dibelakang. Karena aku mahasiswa, aku yg kebelakang dan lebih jeli mencermati. Dari belakang aku mencermati banyak hal, terutama setiap gerak gerik mereka, mereka semua yg sedang duduk di ruangan itu adalah mereka2 yg tau apa arti sebuah usaha. Yg dulu tak aku dapatkan ketika aku berada di masa ini. Mereka tau harus sebesar apa usaha mereka untuk mendapatkan UI yg terhitung sangat tidak mudah. Mereka tau betul harus sejauh apa mereka berusaha dan memaksimalkan kemampuan diri mereka. Mereka semua jujur, tak kutemukan contek2an, ataupun bahan contekan via apapun. Kalian tahu dik? Kuliah itu tidak mudah, habiskan jatah susah kalian sekarang, biarkan org2 masuk ui dengan snmptn atau dengan jalur depan belakang yg mempermudah mereka sekarang, mereka tetap akan diberi jatah susah oleh Allah. Yakinlah Allah teramat adil dik. Usaha kalian tidak akan Allah abaikan, Allah akan berikan sekarang, nanti, atau Ia ganti dengan yg lebih baik. Tidak pelu takut sama mereka yg lewat jakur mudah untuk meraih UI. Kalau jatah susah kalian sudah habis saat ini, dan jika memang jalannya, kalian akan menjalani dunia perkuliahan lebih mudah beberapa derajat dari mereka2 yg memasuki ui dgn jalur ĺebih mudah. Aku memang memasuki ui dgn jalur mudah, sebut saja snmptn, tidak ada effort sebesar kalian yg sekarang sedang duduk disini, mengerjakan soal2 yg tadi ketika kutengok, alamak tak sanggup kukerjakan bahkan mungkin ketika aku berada diposisi kalian. Allah mudahkan jalanku masuk ui, namun Allah adilm Allah ajarkan aku apa itu usaha, apa itu mengusahakan, apa itu kekuatan usaha. Allah akan selalu beri waktu untuk kita tahu apu usaha, karena segala yg mudah takkan mulus, aku, harus terjatuh ketika aku telah berada di dalamnya, dan Allah minta aku untuk belajar memahami apa itu usaha, sejauh mana aku harus berusaha. Sampai akhirnya aku bisa menikmati hasil dari usahaku untuk bangkit, aku sadar, Allah akan selalu beritahu kita waktu untuk berusaha. Aku, ketika aku seumuran kalian, aku tak tahu lelahnya berusaha, aku tak tahu ada banyak pengorbanan untuk berusaha. Dulu, aku terlalu mudah meraih apa yg aku harapkan, tapi allah telah ajarkan aku untuk berusaha dan menikmati hasil usahaku sekarang. Allah telah beritahu aku, rasanya suatu hal berjalan tak sesuai harapan. Tenang dik, Allah teramat adil. Percayalah :)

Kemudian setelah ngawas, mendapatkan angpao jelas, hehe. Yg tak terlupakan adalah hanya pengalamannya, muhasabahnya dan waktu merenung yg tak terduganya. Tadi, aku merenung untuk mengusir kantuk yg melanda. Duduk disamping anak peremouan yg terlihat sangat pintar dan seorang cwo yg sangat cuek. Yg bahkan ketika aku meminjam soalnya, ia hanha isi tidak lebih dari 15 soal kemampuan ipa. Tak apa dik, Allah menilai usahamu. Terimakasih untuk semua elemen yg terkait hari ini, akhirnya aku bisa kembali bersyukurm memulai pengalaman baru dan menciptakan momen2 baru. Semiga yg td simak di ruang 18 dapat ui semua yhaaa...aamiin. hehe. Eh jadi inget, 1 hal yg membuatku senyum2 ketika sedang menandatangi kartu ujian peserta adalah perihal pilihan2 fakuktas dan jurusan mereka, ada 2 atau 3 org yg milih fkg lhooo, tp cm 1 yg menjadikan fkg pilihan pertamanya, semoga bs bertemu di balairung ketika welcom maba nanti ya :))))).

Sudah panjang sekali karyaku kali ini, semoga bermanfaat ya :)

Sekian.

assalamu'alaikum

Tertanda
-Himma