Rabu, 04 Januari 2017

Menyapa ruang

Assalamualaikum blog.
Selamat malam, its been a year. Hehe masih inget kok aku punya kamu. Tempat segala kealayan berubah ketenangan. Ehe

Sedang tidak mood bercerita. I just wanna say that im too happy to be me. Terimakasih untuk segala kebahagiaannya. 2016, terbaik. Terus begitu, tetap seperti itu, kamu. 😗


Salam sayang,
Himma
#2017berevolusi

Aku pernah mengagumi seseorang.

Mungkin dirinya tahu bahwa aku sungguh mengaguminya, meski tanpa sedikitpun aku berucap padanya bahwa aku mengaguminya.


Segalanya terlihat begitu memesona.

Segalanya terlihat sungguh luar biasa.

Segalanya terlihat menakjubkan.

Bahkan aku bingung hendak seperti apa aku mendeskripsikan pandanganku atas dirinya.



Segala ucapnya nasihat.

Segala lakunya manfaat.

Segala pikirnya dahsyat.



Entahlah, aku pernah teramat sangat mengaguminya.

Menanti datangnya waktu berjumpa dengannya lagi.

Menanti dapat bertukar pikiran dengannya.

Menanti mendengar nasihat-nasihatnya.



Namun Allah menegaskan bahwa aku tak bisa mengagumi seseorang melebihi UtusanNya.

Ia timpakan padaku pedihnya rasa kecewa berharap kepada selainNya.

Hanya ingin menunjukkan bahwa tiada harap yang tak mengecewakan, kecuali berharap padaNya.



Lagi, aku mulai tersadar bahwasannya kami sama.

Sama-sama manusia yang memakan nasi.

Sama-sama manusia yang menghirup oksigen.

Sama-sama manusia yang sedang belajar.

Meski aku belajar banyak darinya tanpa ia ketahui.

Atau mungkin dirinya pun belajar padaku.

Entah apa yang bisa ia pelajari dariku.

Mungkin sesimpel menjadi orang cuek dan apa adanya? hmm



Kini aku menjadi sibuk.

Memendam rinduku pada seseorang yang pernah kukagumi.

Serindu itu.

Belum lama aku sibuk memendam kecewaku padamu.

Tak butuh waktu lama.
Karena jarak nyatanya mampu memperbaiki segalanya.

Meski lebih banyak waktu kubuat untuk menjadi tak peduli lagi padamu.

Karena jarak, lagi dan lagi.



Aku merindukanmu, seakan telah lama sekali mengenalmu.
Padahal tidak seperti itu.

Mungkin, kesan yang kau beri padaku lah yang melekat lama.

Sehingga rindu ini menjadi tak terkendali.



Hendak lewat mana aku sampaikan padamu perihal rinduku?

Ah, aku masih memiliki sajadah.

Kembali menengadah dikala sunyi, nyatanya mampu meredam rindu ini perlahan.

Hingga waktu yang akan mengantarmu pulang.

Meski entah kapan.



Sudahlah, berhenti mengagumi seseorang secara berlebihan.

Karena kita sama-sama manusia.

Karena ketika hati ini kecewa, mungkin justru akibat kekaguman yang berlebihan ini.

Akulah yang harus mengontrol rasa di hati ini agar tetap pada kadarnya.

Sampai waktunya tiba kamu kembali.

Tersenyum lagi padaku.

Tertawa lagi untukku.



Tetaplah begitu Kak.

Kamu istimewa apa adanya kamu.

Jangan hiraukan kecewaku.

Aku bisa mengatasinya.

Percayalah.

Kamu bintang yang hadir menerangi gelap malamku.

Kamu langit yang selalu meneduhkan hatiku.

Kamu laut yang menenangkan pikiranku.



Semoga harimu menyenangkan, Kak.

Salam rindu dari adikmu.

Salam rindu dari pengagum rahasiamu.

Tetaplah begitu.

Kamu.




-Himma-